KOTA RAJA

KOTA RAJA

OLEH: Thovan Sugandi

Filsafat 2014

Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat is the primary kraton of the Yogyakarta Sultanate. The sultan and the royal court has its traditional seat there.   The complex consists of a number of low-lying buildings such as audience halls, museums, and the residences of the sultan and the queen. (according to wiki). Yogyakarta Sultanate (Indonesian: Kesultanan Yogyakarta; Javanese: Kasultanan/Keraton Ngayogyakerto Hadiningrat) is a Javanese monarchy in the province of Yogyakarta, Indonesia. Here is more info on the Sultanate. Yogyakarta (English: /?j?gj?'k?rt?/ or /?jo?gj?'k?rt?/,[1] Malay: [j?gja'karta]; also Jogja, Jogjakarta) is a city in the Yogyakarta Special Region, Indonesia. It is renowned as a centre of classical Javanese fine art and culture such as batik, ballet, drama, music, poetry, and puppet shows. Yogyakarta was the Indonesian capital during the Indonesian National Revolution from 1945 to 1949. More on Wiki. Java is the world's most densely populated island (population: 136 million). It is home to 60% of Indonesia's population. Much of Indonesian history took place on Java; it was the centre of powerful Hindu-Buddhist empires, Islamic sultanates, the core of the colonial Dutch East Indies, and was at the centre of Indonesia's campaign for independence. The island dominates Indonesian social, political and economic life. More information on wikipedia.

Kota raja di tepi cakrawala hitam

Baris-baris penari dari kejauhan menatap tentram

Cahaya yang diadukan begitu gigih memecah malam

Lintang rembulan dan tatap mesranya begitu setia menangkapi setiap resah yang melayang

Sejenak kemudian melemparnya kembali, rupa pualam-pualam untuk para selir berdandan

Malam di sana menjelmakan dirinya bak dinding menatap para penghuni

Senyap melindungi….

Sudut lain, tiang pancang dan penyair yang bersandar membelakangi

Cipta ratus ribu juta puisi

Kota raja pada petang kenagan, tepi nya tak pernah sepi

Tak pernah biarkan mataku mubazirkan surga

Tak perah biarkan pencari ketentraman terpejam

Namun itu dulu, puluhan tahun silam…..

Kini sama dengan romansa waktu lalu

Hanya sedikit kabur dan sempit

Setiap sore antrian beribu onggok besi membebani urat nadi

Nafasnya sesak berdebu hitam hasil berak hewan peliharaan

Para raja muda di kota raja yang terus menjerit

Tak lagi satu memang rajaku, ada lain di gedung yang lebih tinggi

Gedung tinggi pun tak lagi satu tapi mengerubungi

Bala tentara raja diam bagai singa kurang makan

Mana tanah raja?

Raja diam dalam sangkar budaya

Mejual hormat pada takzim konglomerat

Tinggalkan komentar