Sekolah Pemikiran Islam dan Ideologi

Sekolah Pemikiran Islam dan Ideologi

Sebuah Dokumentasi dan Ringkasan Kegiatan

IMG_8045

Sabtu, 3 Januari dan Jumat 9 Januari 2015 silam PMII Rayon Sosio Humaniora mengadakan Pelatihan Sekolah Pemikiran Islam dan Ideologi untuk para anggota baru. Pelatihan ini diadakan di Joglo Pogung Lor, Sleman, tepatnya di Pendopo Joglo milik Bapak K. Komaruddin. Kegiatan ini diikuti oleh banyak anggota baru Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Sosio-Humniora, Rayon Agro, dan Rayon Sainsteks Medika.

Dalam pembukaan acara pelatihan ini dihadiri oleh tuan rumah bapak Kiyai Komaruddin, Ketua PMII Cabang Sleman, dan Ketua PMII Komisariat Gadjah Mada. Menurut ketua panitia, kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang ideologi besar yang berkembang di dunia dan pemikiran tokoh-tokoh islam yang ada di dunia kepada para kader, sehingga para kader PMII tidak memiliki pandangan yang sempit tentang ke-Islaman juga mengetahui ideologi apa yang telah berkembang saaat ini. Hal ini diharapkan bagi kader yang berlatar belakang keilmuan eksakta khususnya dan mahasiswa sosial humaniora umumnya dapat ikut memahami permasalahan sosial sehingga menjadi manusia yang kritis dalam sosial dan menjadi manusia ulul albab.

Rizqi Karomatul, salah satu peserta dalam pelatihan ini, memberikan ringkasan dari materi yang disampaikan dalam kegiatan ini.

A. PEMIKIRAN KIRI ISLAM (diisampaikan oleh Sahabat Sony)

Apa itu kiri Islam? Mengapa disebut dengan istilah “kiri”? Bagaimana proses terbentuknya pemikiran kiri Islam? Apa hubungannya dengan NU dan PMII? Banyak pertanyaan yang muncul ketika pertama kali mendengar istilah kiri Islam.  Pemikiran kiri Islam adalah bagian dari PMII. Salah satu tokoh penting yang berkaitan dengan pemikiran kiri Islam adalah Hasan Hanafi, seorang dengan pemikirannya yang muncul ketika Mesir mulai melupakan karya besar dari Al- Afgani. Melupakan di sini bukan berarti meninggalkan sama sekali, namun lebih kepada ketidakmampuan dalam merealisasikan apa yang tercermin dalam karya besar tersebut. Pada saat itu, telah ada pergerakan di Mesir  seperti gerakan Islam Gamal Abdul Naser. Latar belakang lahirnya pemikiran kiri Islam ditandai dengan adanya tiga revolusi besar, yaitu Revolusi Perancis, Boshevik, dan Revolusi Islam.

  1. Revolusi Perancis

Revolusi Perancis terjadi sekitar abad ke-18 atau tepatnya dimulai pada tanggal 14 Juli 1789. Pada saat itu, berkembanglah sistem monarkhi yang identik dengan kerajaan.  Terjadi ketidakseimbangan di dalamnya, yakni adanya dominasi oleh raja. Raja cenderung berbuat semena-mena sehingga eksploitasi terhadap rakyat tidak bisa dihindari lagi. Hal ini memicu terjadinya pemberontakan-pemberontakan sebagai wujud ketidaksetujuan terhadap sikap raja. Suatu hari, diadakanlah sebuah rapat besar di Perancis yang memunculkan adanya terminologi kanan dan kiri. Ada dua golongan yang saling bertentangan. Golongan atau kubu pertama adalah terminologi kanan: kumpulan orang-orang yang mematuhi dan mendukung raja. Sisanya termasuk ke golongan kiri: orang-orang yang kontra / tidak mendukung raja. Golongan kiri ini lebih menjunjung nilai kebebasan dan kesamaan kedudukan. Keberadaan golongan kiri inilah yang mengilhami adanya pemikiran kiri Islam. Selain itu, pada masa revolusi Perancis, muncul juga paham liberalisme.

  1. Revolusi Boshevik

Revolusi ini dimulai pada tanggal 7 November 1917. Satu hal penting yang perlu digaris bawahi dalam Revolusi Boshevik ini adalah adanya ideologi Marxisme.

  1. Revolusi Islam/ Iran

Masa revolusi Islam ini terjadi sekitar tahun 1978-1979. Dalam revolusi ini, ada sebuah kejadian dimana orang-orang syiah tidak lagi tahan dengan kondisi di kerajaan sehingga muncullah deklarasi Republik Islam.

Dari ketiga revolusi yang melatarbelakangi pemikiran kiri Islam tersebut, tercetuslahbeberapa tindakan seperti:

  • Revitalisasi khasanah klasik

Poin penting yang dapat diambil dari sini adalah konsep oksidentalisme yang menegasikan pemikiran-pemikiran barat. Oksedentalisme merupakan kebalikan dari orientalisme dimana pemikiran barat tidak lagi dijadikan sebagai kiblat pemikiran yang ada.  Dalam oksidentalisme dikenal istilah seperti normatif-rasional dan dalil aqli – naqli.

  • Menentang peradaban barat

Maksud dari pernyataan di atas adalah kita harus bisa menyaring atau memfilter segala bentuk pemikiran dan hal –hal yang berasal dari negara barat (terutama budayanya).

  • Melihat realitas masyarakat muslim

Realita yang ada dalam kehidupan masyarakat muslim saat itu adalah adanya ancaman-ancaman, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Ancaman eksternal adalah ancaman yang berasal dari luar, seperti pemikiran barat sedangkan ancaman internal berasal dari dalam masyarakat islam itu sendiri. Pada zaman ini, kebanyakan orang Mesir lebih memilih untuk tasawuf (mengutamakan kepentingan diri sendiri) daripada melakukan sesuatu untuk kemashalatan banyak orang. Di sinilah peran pemikiran Hasan Hanafi yang berusaha membangkitkan semangat kaum muslim untuk menghadapi ancaman yang ada.

Perlu kita ketahui bahwa kiri Islam tidak identik atau sama dengan paham Marxisme, sosialisme, dan komunisme. Akan tetapi, pada kenyataannya kiri islam mengadopsi pemahaman dari ketiga paham tersebut. Golongan kiri Islam berpihak pada orang-orang yang miskin, kaum lemah, serta mereka yang tertindas.

(sudah paham kan, apa itu kiri Islam? J )

B. TEOLOGI PEMBEBASAN (Oleh Sahabat Syaifa)

Tokoh penting dalam teologi pembebasan adalah Asghar Ali, seorang pemikir kiri Islam yang berdomisili asli di India. Pada saat itu, kondisi Islam di India seperti di negara Arab, berkembangnya paham feminisme, dan banyak intelektual yang mendirikan kampus setelah melepaskan diri dari kolonialisme Inggris. Sebelum masuk pada teologi pembebasan, ada beberapa poin pertanyaan mengenai penafsiran Islam: (a) Islam yang seperti apa? (b) bagaimana keadaan umat? (c) Islam-industri? (d) Islam: penyeimbang kebudayaan?

Asghar Ali berpendapat bahwa Islam adalah cara untuk mengubah cara pandang. Konsep Islam (menjelaskan Islam dari berbagai sudut pandang) dapat dituangkan dalam bagan di bawah ini.

Picture1

  • Islam sebagai doktrin kehidupan merupakan hal-hal yang kita pahami, dipelajari sejak kecil, dan merupakan konsep Rahmatallil’alamiin.
  • Instrumen revolusi: mengajarkan tahap perkembangan dan bagaimana menjalani hidup sejak kecil.
  • Proses revolusi:
  • Picture2

Pokok pikiran dalam teologi kebebasan dan pendapat Asghar Ali: adanya proses mistifikasi,yaitu pemaknaan yang sebenarnya sangat luas tapi diterjemahkan secara sempit.

NB: Ketika menjelaskan masalah teologi kebebasan, pemateri lebih banyak bercerita mengenai apa itu hal ghaib, dll sehingga intisari dari teologi kebebasan tidak sepenuhnya dapat saya pahami.

  1. Pemikiran di Indonesia ­GUSDUR (Oleh Sahabat Autad)

Tiga pokok materi:

  • Gusdur dan PMII
  • Gusdur di mata dunia
  • Pesantren dan Gusdur

Sewaktu masih kecil sosok Gusdur memiliki nama lengkap Abdurahman Ad-Dakhil, memiliki makna sang penakluk. Gusdur adalah seorang tokoh kebanggaan Indonesia yang memiliki khas dalam berideologi dan kultur.

Prinsip nilai Gusdur:

  1. Ketauhidan
  2. Keadilan
  3. Kesetaraan
  4. Pemb ebasan
  5. Persaudaraan
  6. Kesederhanaan
  7. Sikap ksatria
  8. Kearifan lokal

Gagasan pemikiran Gusdur;

  1. Pribumisasi Islam
  2. Islam substantif dan bungkus
  3. Islamku,islam Anda islam kita,
  4. Dinamisasi Islam

Selain tentang pemikiran islam juga disampaikan oleh beberapa materi tentang ideologi besar dunia. Dalam ringkasan ini disampaikan oleh Sahabat Rio mengenai bab Neoliberilsme atau biasa disebut sebagi bentuk liberalisme baru.

Neoliberalisme Mengguncang Indonesia

Awal Neoliberalisme

Neoliberalisme muncul pada akhir 1960-an yang dilatarbelakangi oleh beragam kegagalan kebijakan ekonomi teknokratis dan intervensionis yang melahirkan ketidakpuasan dan konflik kepentingan. Kemunculan neoliberalisme dipicu krisis berupa stagflasi pada 1970-an di negara-negara maju. Krisis ini meberi kesempatan kaum neolib untuk menyerang balik kubu prointevensi. Masa jaya neolib terjadi pada dekade 80-an ketika Amerika Serikat dan Inggris mengurangi peran negara dalam mengelola sektor-sektor strategis perekonomian lewat jalan deregulasi dan privatisasi. Perekomnomian Inggris membaik setelah Margareth Thatcher menjadi perdana Menteri Inggris pada 1979. Demikian pula kepemimpinan Ronald Reagan di Amerika Serikat selam dua periode (1981-1989) yang berhasil menurunkan inflasi dan pengangguran. Keduanya menerapkan kebijakan yang sama, yaitu privatisasi, deregulasi, serta pengurangan pajak dan subsidi.

Banyak negara yang berhasil menerapkan sistem ekonomi neolib, namun layaknya pedang bermata dua, banyak juga negara-negara yang melah semakin terpuruk ketika menerapkan sistem ekonomi makro ini. Dalam buku ini desbutkan negara Afrika Selatan salah satu contoh yang ekonominya semakin menurun dengan adanya neolib ini. Perkembangan kebijakan neoliberalisme di Afrika Selatan telah merontokkan tingkat pertumbuhan. Kebijakan lain seperti mempertahankan tingkat suku bunga yang tinggi untuk meredam laju inflasi justru memperburuk perekonomian. Sementara itu, kebijakan pasar bebas menyebakan meningkatnya pengangguran sejak pemerintah baru pada 1994 sehingga meningkatkan tingkat kemiskinan di Afrika.

Neoliberalisme  dan Indonesia

Neoliberalisme jika dibahas secara mendetail sungguh sangatlah kompleks dan banyak pokok pemikiran yang perlu dicerna lebih dalam dari berbagai sejarah dan pemikiran para ekonom-ekonom besar dunia. Namun dari semua pokok pemikiran tersebut dapat diambil arti dangkalnya bahwa neolib itu adalah menerapkan sistem pasar bebas, dimana para pemilik modal bebas memiliki perusahaan, meskipun itu adalah BUMN. Pemilik modal ini biasa dikenal dengan pihak kapitalis.

Masuknya ekonomi liberal ini berkisar pada tahun 1870-1900 di Indonesia, dimana pihak asing bebas menyewa lahan-lahan petani. Puncaknya sekitar pada tahun 1930, penjajahan-penjajahan di Indonesia dilakukan oleh pihak asing. Dari total hasil kakayaan alam Indonesia yang berjumlah 670 Juta Gulden (Mata uang belanda kala itu), warga pribumi hanya mendapatkan sebesar 3,6 juta Gulde (0,54 %) sisanya 0,4 juta gulden warga tionghoa dan 665 juta gulden milih warga kulit putih (asing).

Setelah Indonesia merdeka presiden Soekarno memiliki pemikiran untuk merangkul negara-negara bagian timur dan melepas barat. Namun sepegantinya pemerintahan Soeharto beliau lebih memilih untuk mulai merangkul barat namun tidak melepaskan yang timur. Akhirnya dikarenakan inflasi yang tinggi kebijakan yang diambil adalah peminjaman dana dengan IMF. Indonesia cukup sejahtera kala itu namun memiliki hutang dan perjanjian dengan IMF yang merugikan. Inilah permulaan dari ekonomi liberal dengan cara baru “neo” yang memungkinkan pihak asing melakukan intervensi ke Indonesia terutama dalam perusahaan-perusahaan sektor strategis.

Rozqi Karomatul (Psikologi 2014)

Rip (Pertanian 2013)

Tinggalkan komentar